Ini yang Terjadi Jika Inggris Hengkang dari Uni Eropa

Jum'at, 24 Juni 2016 - 10:46 WIB
Ini yang Terjadi Jika Inggris Hengkang dari Uni Eropa
Ini yang Terjadi Jika Inggris Hengkang dari Uni Eropa
A A A
LONDON - Hasil referendum bersejarah untuk menentukan Inggris keluar dari Uni Eropa alias Brexit atau bertahan di Uni Eropa akan diketahui hari ini (24/6/2016). Ada kekhawatiran yang meningkat di kalangan warga Inggris jika negaranya benar-benar hengkang dari Uni Eropa.

Dampak bagi Inggris jika meninggalkan Uni Eropa sejatinya tidak dirasakan secara langsung. Sebab, referendum bersejarah ini tidak mengingkat.

Artinya, keputusan tetap di tangan Perdana Menteri dan Pemerintah Inggris meskipun akan mempertimbangkan hasil referendum.

Banyak Ketidakpastian

Bergabungnya Inggris ke dalam Uni Eropa sejatinya berdasarkan Pasal 50 Perjanjian Lisbon. Jika rakyat Inggris memilih Brexit, maka Pemerintah Inggris dan Uni Eropa membutukan waktu sekitar dua tahun untuk mencapai kesepakatan terkait masa depan hubungan Uni Eropa dan Inggris.

“Tidak ada yang terjadi secara otomatis, itu bagian dari alasan ada begitu banyak ketidakpastian,” kata Ryan Goss dari Australian National University Law School kepada news.com.au, Jumat (24/6/2016).

”Apa yang terjadi selanjutnya, akan bergantung pada pilihan-pilihan politik yang dibuat oleh politisi dan diplomat,” katanya lagi.

Jika para politisi dan diplomat melakukan tindakan, maka kemungkinan akan membahas kembali Pasal 50 Perjanjian Lisbon, yang merupakan dokumen dasar Uni Eropa.

”Mungkin akan ada perdebatan besar untuk memicu ini,” ujar Goss. “Ini adalah negosiasi dasar perceraian yang sangat rumit,” lanjut Goss.

Jika tidak ada kesepakatan setelah dua tahun, Inggris secara otomatis akan keluar dari Uni Eropa.

PM Inggris Lengser?

Faktor lain adalah hal-hal rumit yang menyangkut nasib jabatan Perdana Menteri Inggris David Cameron. David Cameron, kemungkinan bisa didesak untuk mengundurkan diri oleh lawan-lawan politiknya jika rakyat Inggris memilih Brexit.

Cameron merupakan tokoh utama yang menginginkan Inggris bertahan di Uni Eropa. Meski ada kemungkinan Cameron dilengserkan, tapi ada 84 anggota parlemen pro-Brexit tetap mendukung David Cameron bertahan sebagai PM Inggris.

Baca juga:
Cameron Didukung sebagai PM Inggris Apapun Hasil Referendum

Goss mengatakan suara Brexit tidak hanya memecah masyarakat Inggris, tetapi juga anggota Partai Konservatif.

”Apa yang orang katakan adalah jika suara masyarakat memilih hengkang (dari Uni Eropa) dan Cameron dengan suara bertahan (di Uni Eropa), maka akan sangat sulit baginya untuk mempertahankan kepercayaan rekan-rekan (dari) Partai Konservatif,” ujarnya.

”Jadi Anda bisa memiliki seorang Perdana Menteri Boris Johnson atau Perdana Menteri Michael Gove, atau orang lain di kubu Brexit,” imbuh Gross.

”Ini bukan persyaratan hukum atau konstitusi (bagi Cameron untuk mundur), itu apakah orang lain berpikir dia harus bertahan?.”

Dampak Ekonomi dan Bisnis

Goss melanjutkan, jika suara pro-Brexit yang menang maka ekonomi dan bisnis otomatis terkena dampaknya.

”Misalnya, bisnis mungkin berubah di mana mereka menginvestasikan uang mereka, atau beberapa orang mungkin bergerak ke negara yang cepat,” katanya.

”Inggris akan menghadapi potensi ketidakpastian dalam minggu, bulan atau bahkan bertahun-tahun,” ujarnya.

Meninggalkan Uni Eropa, artinya juga membatalkan segala macam hukum. Karena ada sejumlah besar hukum Uni Eropa yang berlaku di Inggris, serta ada anggota parlemen Eropa yang berasal dari Inggris. Ini akan berdampak di mana orang dapat hidup dan bekerja.

”Jutaan orang Inggris tinggal di Uni Eropa dan jutaan orang Eropa tinggal di Inggris,” kata Gross. ”Kami belum tahu bagaimana mereka akan melepaskan ini.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5121 seconds (0.1#10.140)